Dokumen Pribadi |
Teringat perkataan seorang Ustaz waktu mondok di pesantren dulu. Beliau mengatakan, “Seseorang yang selalu mendapat rangking di
sekolah belum ia sukses di kuliah!”. Perkataan seorang ustaz ini berlandaskan
pada seorang kawannya yang dulu sama-sama menuntut ilmu di sebuah pesantren di
Sumatra Utara. Kawan beliau itu merupakan seorang yang sangat bandel dan tidak
pernah mendapat rangking. Sedangkan Sang Ustaz punya prestasi gemilang dan
selalu mendapat rangking dari awal hingga tamat.
Namun, setelah sama-sama di bangku perkuliahan,
hal di atas menjadi terbalik 90 derajat. Sang kawan ustaz tadi dapat
menyelesaikan kuliah tepat waktu denga IP memuaskan. Pun sekarang ia telah
berkerja di
Sebuah perusahaan bergengsi. Berbeda dengan nasib Sang Ustaz yang
masih di duduk di bangku kuliah melebihi jumlah semester normal.
Cerita Sang Ustaz tersebut ternyata juga terjadi
pada kawan-kawan seangkatan saya. Dan perkataan beliau benar adanya. Beberapa kawan
yang yang dulunya tergolong bandel waktu di sekolah ternyata mereka telah
menyelasaikan kuliah tepat waktu. Sedangkan saya masih bingung dengan nasib
kuliah saya yang masih terombang-ambing.
Apa penyebabnya n?Menurut saya hal ini disebabkan
oleh sistem belajar-mengajar yang berbeda. Di sekolah guru lebih banyak aktif,
lebih sedikit diberi kelonggaran bagi siswa untuk menanggapi. Bila ada siswa
yang ngotot dan bersikeras menaggapi Si Guru maka dianggap “durhaka”. Apabila
ada siswa yang patuh dan mengiyakan semua semua perkataan guru, maka ia
dianggap anak baik dan mendapat nilai plus.
Berbeda dengan bangku perkuliahan. Mahasiswa dituntut
lebih aktif daripada dosen. Dosen hanya sebagai pengantar, selebihnya adalah
mahasiswa. Mahasiswa yang malas menanggapi dan hanya duduk diam saja justeru
akan semakin ketinggalan.
Namun bukan berarti semua mengalami hal seperti
ini. Masih banyak yang berprestasi di sekolah juga berprestasi di kuliah. Semua
tergantung pada diri sendiri.
No comments:
Post a Comment